Sabtu, 03 Agustus 2019

[Review Event] Bicara Koperasi di Acara Diskusi John Dijkstra Institute (JDI) Ke-7


Mengusung tema 'Menjawab Tantangan Zaman: Pergulatan Koperasi di Jawa Tengah pada Era 4.0', diskusi ini sangat menarik untuk diikuti. Bertempat di John Dijkstra Cafe & Library, Sabtu sore (27/7), kami turut hadir di sini.

Akhirnya kami datang juga setelah beberapa kali mendapatkan undangan untuk hadir. Selain karena tema yang menarik, acara ini juga dihadiri Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Dinkop UKM) Jawa Tengah sebagai salah satu pembicaranya.

Sayangnya yang dinanti, Kepala Dinas, tidak hadir. Selain itu pembicara lainnya ada Suparjo dari Pengurus Credit Union (CU) Sendang Jati Penadaran, Kabupaten Grobogan dan pak Mulyono, pengurus Koperasi Buruh Mitra Sejahtera (KBMS) Kaligawe, Semarang. 

Oh ya, satu lagi, yang jadi pembicara adalah Drs. Hudi Prawoto, M.M., Akt, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Soegijapranata Semarang.

Hari Koperasi Nasional


Tema yang diambil dalam diskusi ini adalah Hari Koperasi yang selalu diperingati setiap tanggal 12 Juli. Koperasi adalah jalan kesejahteraan masyarakat dan juga sebagai tempat gemblengan menurut Ibu Isti dari JDI dalam sambutannya.

Sedangkan dari Lembaga Pemberdayaan Usaha Buruh Tani Nelayan (LPUBTN), Pak Puji mengatakan bahwa LPUBTN ikut mengambil bagian Pemerintah dengan cara berkontribusi bagi bangsa dan Negara untuk kesejahteraan masyarakat.

Kesiapan Koperasi di Jawa Tengah pada era Revolusi Industri

Perwakilan dari Dinkop UKM Jawa Tengah, Pak Bima mencontohkan suksesnya Koperasi dari negara Skandinavia yang masyarakatnya sekitar 95% makmur karena Koperasi.


Koperasi adalah alat perjuangan untuk kesejahteraan, namun di Indonesia itu belum bisa seperti negara Skandinavia.

Beliau memaparkan data-data tentang jumlah Koperasi di Jawa Tengah yang diambil bulan Juli 2019. Jumlahnya ada 26.539 Koperasi. Sedangkan Koperasi yang aktif ada 12.818 dan tidak aktif ada 13.775.

Untuk menjawab tantangan di era Revolusi Industri ini, Dinkop UKM Jateng melakukan digitalisasi Koperasi. Seperti bekerja sama dengan Sadewa G2 Koperasi yang sebelumnya membuat sistem Sadewa Market, yaitu pemasaran UMKM Jawa Tengah secara online.

Sadewa G2 juga telah bekerja sama dengan PT. POS Indonesia melalui layanan fast post untuk pengiriman barang. Dan era sekarang, sebaiknya Koperasi lebih banyak berkolaborasi.

Koperasi Harus Berinovasi



Pernah beberapa kali gagal tak menghalangi niat pak Suparjo mendirikan Koperasi kembali. Salah satunya mengundang mentor yang berasal dari Makassar dan hasilnya CU Sendang Jati berdiri.

Koperasi yang bergerak Simpan Pinjam ini didirikan  pada tanggal 05 Oktober 2014. CU hadir suntuk memotong hegemoni tengkulak yang menyasar pada petani pada waktu itu.

CU berbeda dengan Koperasi pada umumnya. Menurut beliau, hal utamanya ada pada pemberdayaan, terutama pada anggota petani. Anggota yang terdaftar akan diberikan pendidikan dasar.

Untuk terus eksis, CU Sendang Jati terus melakukan inovasi. Seperti memberikan prioritas Kesehatan pada anggota baru untuk ternaknya. Mendapatkan benih jagung yang dibuat anggota CU sendiri.

CU itu nafasnya pemberdayaan, harus memiliki tujuan jelas dan dapat dipercayai. Hal penting lainnya adalah transparansi dan tentu saja selalu berinovasi.

Koperasi buruh


Berdiri sejak 14 Januari 2018, Koperasi Buruh Mitra Sejahtera (KBMS) Kaligawe lahir dari inisiasi buruh sendiri yang melihat perusahaan tidak ada keterbukaan.

Pak Mulyono sebagai pengurus mengatakan bahwa Koperasinya ini tidak mencari SHU sebesar-besarnya, tapi fokus pada literasi keuangan. 

Fokus Koperasi Buruh Mitra lebih pada Konsumsi, memenuhi kebutuhan pokok pada buruh. Keuntungan bergabung bagi buruh adalah mendapatkan pendidikan secara intensif mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan lanjutan.

Selain itu, Koperasi yang lebih banyak anggotanya adalah perempuan ini, menyediakan barang dengan harga lebih murah dan menjadi tempat memasarkan produk - produk anggota.

Ada 3 harapan yang dipaparkan lewat slide, mulai dari buruh memiliki waktu untuk berekspresi, peningkatan kapabilitas dan keterampilan, dan peningkatan kesehateraan tentunya.

Tantangan Koperasi pada era 4.0


Sesi terakhir diskusi ada pak Hudi, Dosen Unika yang bicara Koperasi dari sisi praktisi. Beliau memasukkan slide yang berisikan karakter konsumen di era sekarang dari Hermawan Kertajaya. Ada 4 golongan masyarakat sekarang ini:
  1. Golongan snob, adalah golongan di mana konsumen menjadi sangat pemilih menentukan pilihan produk berdasarkan kualitasnya.
  2. Golongan smart, golongan yang perhitungan dalam memilih produk yang selalu memperhatikan nilai-nilai yang diberikan oleh suatu produk.
  3. Golongan dumb, golongan yang bukan pemilih tetapi memiliki satu prinsip yang selalu ia gunakan. Konsumen pada golongan ini tidak melihat kualitas, nilai, ataupun benefit yang didapatkan. Tapi memilih produk dengan melihat harga yang paling murah.
  4. Golongan entrepreneur, golongan yang muncul pada era digital sekarang ini. Golongan ini menjadi lebih kreatif untuk menemukan jawaban dan aktivitas pada era digital.
Dengan melihat ini, Koperasi harus ada. Alasannya banyak kegiatan ekonomi skala kecil yang jumlahnya banyak saat ini harus memiliki wadah. Koperasi adalah jawabannya.

Demografi penduduk Indonesia yang sebaran taraf hidup dan tingkat pendidikan yang relatif rendah mendominasi, Koperasi diharapkan bisa membantu mengatasi berbagai persoalan tentunya.

Pelaku usaha kecil yang jumlahnya banyak sebaiknya diwadahi dengan Koperasi, ini sesuai dengan pemikiran yang dilontarkan Bung Hatta.

Artikel terkait :
Klik gambar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar